Menunggu Rumah Puisi di Kaki Dua Gunung

1NIAT mulia dicetuskan penyair Taufiq Ismail. Bermodalkan uang dari hadiah sastra Habibie Award 2007 sebesar US $ 25.000 (atau Rp 200 juta setelah dipotong pajak), sastrawan kelahiran Bukiktinggi ini membangun Rumah Puisi. Lokasi yang dimimpikannya di kaki Gunung Singgalang dan kaki Gunung Merapi, Sumatera Barat, di antara Padangpanjang dan Bukiktinggi. Dan pilihan itu jatuh di Aie Angek Kabupaten Tanahdata, di pertengahannya.

Pada 20 Februari 2008, pembangunan pun dimulai. Semak dipangkas, tanah diratakan, pondasi dan tiang-tiang dipancangkan. Sampai saat ini pembangunannya masih berjalan. Buku koleksi Taufiq di Jakarta akan menjadi penghuni pertama perpustakaan Rumah Puisi ini, disusul koleksi buku dari penyumbang lain.

4Gagasan pembangunan Rumah Puisi oleh penulis “Tirani dan Benteng” ini, tumbuh dari pengalaman kolektifnya bersama tim redaktur Horison dan sahabat-sahabatnya dalam 10 program gerakan membawa sastra ke sekolah sejak 1998 hingga sekarang. Dalam program MMAS (Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra) 1.800 guru dilatih 6 hari di 12 kota. Dibawa juga 113 sastrawan dan 11 aktor-aktris masuk ke 213 SMA untuk membacakan karya sastra dan bertanya jawab dengan siswa dan guru di 164 kota, 31 provinsi dalam kegiatan SBSB (Sastrawan Bicara Siswa Bertanya). Lalu dibentuk 30 sanggar sastra siswa di seluruh Indonesia. Tujuan dari segala program ini adalah meningkatkan budaya baca buku dan kemampuan menulis anak bangsa.

Menjadi cita-cita Taufiq untuk menghimpun kegiatan tersebut di sebuah tempat, di mana pelatihan guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat diselenggarakan, sastrawan dapat berinteraksi dengan siswa dan guru, buku-buku dapat diakses dalam sebuah perpustakaan, sanggar sastra siswa difasilitasi dan beberapa kegiatan sejenis dilaksanakan di Rumah Puisi ini.

Untuk mewujudkan semua cita-cita ini, Taufiq memutuskan penjualan seluruh buku “Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit” sebanyak 4 jilid setebal 2.996 halaman disumbangkan sebagai penambah dana pembangunan Rumah Puisi itu. Mari bersama-sama kita bantu dengan membeli buku itu. (max)

* disarikan dari brosur Rumah Puisi.

6 thoughts on “Menunggu Rumah Puisi di Kaki Dua Gunung

  1. Terima kasih atas pemuatan berita tentang pembangunan Rumah Puisi (30 Mei 2008) oleh sdr Max, dan respons dari sdr Ali Muthohar (23 Juni 2009). Saya minta maaf baru sekarang (22 September 2009) merespons, karena memang baru pada hari ini saya menemukan situs ini.

    Alhamdulillah 3 bangunan utama Rumah Puisi telah selesai dibangun Desember 2008, yaitu gedung utama (Perpustakaan dan Ruang Pelatihan), Rumah Sastrawan Tamu dan Surau (musholla). Kegiatan utama, yaitu pelatihan guru bahasa dan sastra, kegiatan Sanggar Sastra Siswa Indonesia, sudah dimulai walau pun belum sepenuhnya. Pelatihan guru yang penuh memakan waktu 6 hari (peserta 30 orang), dan tempat menginap mereka sedang dibangun, berikut sebuah ruang pertemuan yang agak besar.

    Mudah-mudahan kedua bangunan itu dapat selesai pada waktunya, yaitu Januari 2010. Haraplah didoakan. Terima kasih.

    Sementara itu anda disilakan singgah ke Rumah Puisi untuk melihat-lihat. Pemandangan alam di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi indah sekali, udara pun sejuk. Nagari Aie Angek terletak 6 km di utara Padang Panjang, 14 km di selatan Bukittinggi. Saya dan isteri saya Ati, kalau kebetulan sedang di Rumah Puisi, akan menyambut anda. Kalau tidak, Sdr Subhan yang bertugas di RP akan ada di sana.

    Sampai jumpa dan terima kasih,
    (Taufiq Ismail, hp 0812 962 4300).

  2. Pak Taufik Ismail, yes! boneh kato rang minang, insya Allah bermanfaat dunia akhirat karya beliau..

    semoga pulang berikutnya bisa mampir ke sini, ah semoga bisa juga ikutan bantu dan naruh buku puisiku disitu nanti *pantes ndak ya?*

  3. Ass wr wb.
    Buat saya peristiwa gempa di sumbar tgl 30 September 2009 sangat membawa berkah dan hikmah serta kenikmatan tersendiri. Tepat jam 17.16 di hari bencana itu saya sedang ada urusan di Bank Nagari padang, persisnya di halaman parkir dekat pos security. Serta merta bumi bergoncang, semua orang disekitar saya sempoyongan dan terjatuh.Gedung dan bangunan di sekitar saya porak poranda, termasuk terbakarnya plaza andalas yang di seberang jalan.Saat itu saya putuskan untuk segera meninggalkan kota yang sudah kacau balau itu, saya terjebak sampai pagi besoknya dengan berbagai kepanikan warga yang hilir mudik tak tentu arah yang jelas.Jalan di lembah Anai terputus karena longsor hebat. Alhamdulillah, akhirnya terlepas lah saya sampai Ke Padang Panjang, menggunakan bus kecil, sambung sepeda motor dan bahkan berjalan kaki.
    Didalam perjalanan dari arah Padang Panjang menuju Bukittinggi di hari Kamis sore itu, kontan saya terperanjat, seolah tak percaya melihat papan nama berwarna merah, bertuliskan Rumah Puisi Taufik Ismail.saya terharu dan spontan punya niat untuk segera berkunjung.

    Hari Senen nya , tanggal 5 Oktober saya berkesempatan untuk pertama kali berkunjung dan menikmati segala yang ada di Rumah Puisi yang tidak saya sangka sangka itu. Saya di terima Abang Subhan yang ramah, kami terlibat pembicaraan di seputar cikal bakal Rumah yang indah ini.

    Kepada Abang Taufik yang saya kagumi, saya sampai kan apresiasai saya yang sangat dalam. Saya berterima kasih atas apa yang telah saya saksiksn dan nikmati di kaki gunung yang legendaris ini.

    Kepada sahabat dan handai tolan yang cinta ilmu, jangan lewatkan kesempatan ini, segeralah datang , anda akan merasakan suasana hati yang damai , keindahan sastra akan anda nikmati di alam terbuka yang sangaat mempesona.

    Pada kesempatan ini, izinkan saya mengusulkan sesuatu, berilah nama Surau yang ada di sana dengan nama SURAU SAJADAH PANJANG.

    Wassalam, eddy saputra

  4. Kepada para pecinta seni sastra , , , ,

    Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan kepada siapa saja khususnya pecinta buku dan sastra di mana saja anda berada. Saya telah berkesempatan datang dan menyaksikan sendiri suasana dan indahnya Rumah Puisi Taufik Ismail yang belokasi di antara Padang Panjang dan Bukittinggi, diantara gunung Singgalang dan gunung Merapi
    .
    Saya ingin mengatakan kepada anda bahwa saya sangat terkesan,dan tidak bisa saya sembunyikan rasa bangga dan kagum saya pada seorang Taufik Ismail yang telah memberi gagasan besar ini, untuk anak dan cucu kirta nanti, kepada keindahan dan kesejukan alam Minangkabau
    .
    Datanglah, dan batin anda akan ternikmati oleh suasa di dalam Rumah Puisi dengan koleksi buku yang sangat beragam, di luar Rumah Puisi mata anda kan dipuaskan dan dimanjakan melihat pemandangan yang sangat cantik,. Dengan demikian akan anda rasakan betapa karunia Tuhan yang sangat luar biasa, tiada lah diciptakan semua oleh-Nya dengan sia sia..Mari kita syukuri dan kita jaga semua ini, semoga bermanfaat bagi kita dan generasi kedepan.

    Wassalam, eddy saputra, hp. 081268432299

Tinggalkan Balasan ke Taufiq Ismail Batalkan balasan