Arsip

Laporan WordPress tentang Blog Maxbooks

TANGGAL 2Maxbooks Januari 2011, saya dapat email dari WordPress.com + Stats Helper Monkeys yang melaporkan kondisi blog resensi buku saya selama 2010 lalu. Untuk secara keseluruhan, katanya saya on fire, dan mereka pikir saya hebat, wkwkwkwk.

Ibarat sebuah jet penumpang Boeing 747-400 yang dapat menampung 416 penumpang, blog saya ini  telah dilihat sebanyak sekitar 5.400 kali pada tahun 2010. Itu artinya sama dengan 13 kali jumlah pesawat boeing itu berisi penuh.

Pada tahun 2010, dikatakan, saya menulis 12 posting baru, menumbuhkan total arsip blog 97 posting. Lalu total upload 21 gambar, mengambil total 385kb. Itu sekitar 2 gambar per bulan. Hari tersibuk saya tahun lalu itu adalah 6 Agustus dengan 114 view. Posting yang paling populer hari itu adalah Buku Empat Puluh Tiga.

Cape deee, baca aja sendiri laporannya ya. Ini dia:

Wp1

Wp2

Wp3

Wp4

Mohon Maaf

Anak-sd-pengen-nikahKEPADA pengunjung blog ini, saya mohon maaf karena sementara tidak lagi bisa menuliskan resensi buku yang telah saya baca. Bukan ingin mengambinghitamkan, di samping kesibukan di kantor sejak pagi hingga malam, dan begitu pulang lampu malah pudur pula. Sehingga terpaksa harus saya kekang keinginan untuk membaca buku di saat gelap yang entah kapan akan benderang.

Insya Allah di sela-sela kesibukan saya, dan hari yang benderang, akan saya sempatkan juga untuk membaca satu persatu buku yang semakin menumpuk jumlahnya hingga ratusan buah… (max)

Buku Aminah Dibedah

IMG_1468Penerbit Pena Pundi Aksara (selanjutnya Pena), Sabtu (7/6) menggelar acara bedah buku “Aminah; The Greatest Love” di Minangkabau Book Fair 2008. Acara yang dijadwalkan dimulai pukul 16.00 WIB itu, akan “dibedah” oleh dosen Unand Prof Dr Ir Nurhayati Hakim dan Ketua Bidang Kewanitaan PKS Dian Novita STp.

Kasi Pameran Pena A Waskito menyebutkan, di samping membedah buku yang menceritakan pahit manis kisah hidup ibunda Muhammad SAW ini, pihaknya juga menebar door prize bagi peserta diskusi. “Apa bentuknya…, datang sajalah,” katanya berpromosi.

Buku Aminah yang ditulis Abdul Salam Al-Asyri ini, merupakan kelanjutan “trilogi” buku-buku kisah perempuan yang berkaitan dengan kehidupan Rasulullah SAW. Sebelumnya sudah terbit buku “Khadijah; The True Love Story of Muhammad” karya Abdul Mun’in Muhammad” dan buku “Aisyah; The True Beauty” karya Sulaiman An Nadawi. Dua buku ini menjadi buku best seller dan sudah dicetak beberapa kali.

Aminah“Khusus buku Aminah, kita terbitkan pertama kali pada Februari lalu, dan sekarang sudah cetak kedua pada Mei 2008. Dengan cetak kedua ini, kami memprediksikan buku setebal 282 halaman ini akan mengikuti sukses 2 buku sebelumnya. Antusiasme pembaca sangat tinggi, terutama kaum perempuan. Karena memang buku ini 100% untuk wanita,” jelas Waskito.

Dikatakan Waskito, Pena memang mengkhususkan terbitan mereka untuk perempuan. Sejumlah buku lain yang pernah diterbitkan di antaranya “Tafsir Al Qur’an Wanita” (2 jilid), “Fiqih Sunnah Wanita” (2 jilid), “Fiqih Wanita”, The Great Women”, Al Qur’an untuk wanita dan sebagainya.

“Selain itu kita juga telah menerbitkan buku “Fiqih Sunnah” (4 jilid), “3T (Tobat, Tasbih, Tahajud)”, “Tazkiyatun Nafs”, “Doa-doa Harian Rasulullah”, “Syamail Muhammad”, “Amalan Hati”, “Hikmah dari Langit”, termasuk buku baru tentang the true stories berjudul “Jumpai Aku Ya Rasul”. Masih banyak lagi yang lainnya. Ini sesuai dengan motto kami yaitu ilmu dan amal,” ujarnya. (max)

 

Minangkabau Book Fair 2008

Minangkabau-book-fairBlogger Padang akan Sharing Ilmu

PENGGILA buku Kota Padang dan Sumbar kembali dimanjakan dengan pameran dan bursa buku murah. Belum cukup sebulan setelah pelaksanaan Pesta Buku Minangkabau 2008, giliran Ikatan Penerbit (Ikapi) Sumbar menghelat Minangkabau Book Fair (MBF) 2008. Hari ini (31/5) sekitar pukul 09.00 WIB, Gubernur Sumbar H Gamawan Fauzi SH MM berencana membuka MBF di Gedung Bagindo Aziz Chan.

Di acara yang terselenggara berkat kerjasama Ikapi dengan PT Adhitama Citra Gemilang dan Citrahati Organizer ini, akan diikuti oleh penerbit-penerbit besar di Indonesia. Kurang lebih 40 stand akan menawarkan buku-buku berdiskon kepada pengunjung dan pecinta buku. Dan kabarnya Toko Buku Gramedia yang juga buka stand di sana bakal banting harga untuk buku-buku tertentu di bawah Rp 10 ribu.

Ketua Panitia MBF Nita Indrawati SE didampingi Sekretaris Yusrizal KW menyebutkan, selain pameran buku, acara ini juga diisi dengan acara diskusi buku, lomba mewarnai, mendongeng, baca puisi, workshop. Dan di hari terakhir, Komunitas untuk Indonesia akan menggelar Parlementaria Remaja yang merupakan sidang cerdas para remaja untuk solusi krisis Indonesia.

Juga bakal ada workshop tentang membuat animasi dengan topik “Dari Komik ke Animasi” pada Jumat pekan depan (6/6). Di samping itu, komunitas blogger Kota Padang “Palanta” juga berencana sharing ilmu tentang mengekspresikan diri melalui blog, termasuk blog buku.

“Besok (hari ini-red) pukul 14.00 WIB, kita mengadakan diskusi buku ‘Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka’ yang ditulis Prof Dr Syamsul Nizar MAg. Sebagai pembicara, kita menampilkan sejarawan Prof Dr Mestika Zed,” sebut KW.

MBF ini merupakan iven keempat yang dihelat Ikapi dan Citrahati. Terakhir pada Oktober 2007 lalu mereka menggelar Padang Book Fair III yang mendapatkan antusiasme tinggi dari pengunjung. Saat itu panitia menghadirkan penulis “Rahasia Meede” ES Ito dan pengarang novel “Ayat-ayat Cinta” Habiburrahman el Shirazy.

“Ikapi cabang Sumbar memiliki komitmen membangun masyarakat dengan pondasi gemar membaca,” ujar H Arfizal Indramaharaja, ketua Ikapi Sumbar. (max)

Menunggu Rumah Puisi di Kaki Dua Gunung

1NIAT mulia dicetuskan penyair Taufiq Ismail. Bermodalkan uang dari hadiah sastra Habibie Award 2007 sebesar US $ 25.000 (atau Rp 200 juta setelah dipotong pajak), sastrawan kelahiran Bukiktinggi ini membangun Rumah Puisi. Lokasi yang dimimpikannya di kaki Gunung Singgalang dan kaki Gunung Merapi, Sumatera Barat, di antara Padangpanjang dan Bukiktinggi. Dan pilihan itu jatuh di Aie Angek Kabupaten Tanahdata, di pertengahannya.

Pada 20 Februari 2008, pembangunan pun dimulai. Semak dipangkas, tanah diratakan, pondasi dan tiang-tiang dipancangkan. Sampai saat ini pembangunannya masih berjalan. Buku koleksi Taufiq di Jakarta akan menjadi penghuni pertama perpustakaan Rumah Puisi ini, disusul koleksi buku dari penyumbang lain.

4Gagasan pembangunan Rumah Puisi oleh penulis “Tirani dan Benteng” ini, tumbuh dari pengalaman kolektifnya bersama tim redaktur Horison dan sahabat-sahabatnya dalam 10 program gerakan membawa sastra ke sekolah sejak 1998 hingga sekarang. Dalam program MMAS (Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra) 1.800 guru dilatih 6 hari di 12 kota. Dibawa juga 113 sastrawan dan 11 aktor-aktris masuk ke 213 SMA untuk membacakan karya sastra dan bertanya jawab dengan siswa dan guru di 164 kota, 31 provinsi dalam kegiatan SBSB (Sastrawan Bicara Siswa Bertanya). Lalu dibentuk 30 sanggar sastra siswa di seluruh Indonesia. Tujuan dari segala program ini adalah meningkatkan budaya baca buku dan kemampuan menulis anak bangsa.

Menjadi cita-cita Taufiq untuk menghimpun kegiatan tersebut di sebuah tempat, di mana pelatihan guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat diselenggarakan, sastrawan dapat berinteraksi dengan siswa dan guru, buku-buku dapat diakses dalam sebuah perpustakaan, sanggar sastra siswa difasilitasi dan beberapa kegiatan sejenis dilaksanakan di Rumah Puisi ini.

Untuk mewujudkan semua cita-cita ini, Taufiq memutuskan penjualan seluruh buku “Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit” sebanyak 4 jilid setebal 2.996 halaman disumbangkan sebagai penambah dana pembangunan Rumah Puisi itu. Mari bersama-sama kita bantu dengan membeli buku itu. (max)

* disarikan dari brosur Rumah Puisi.

Kutu Buku (memang) Gila

KubugilSebagai generasi baru dalam dunia resensi buku, kiprah blogger buku memang tidak bisa dinafikan. Mereka tumbuh dan menggeliat di dunia maya yang siapa saja bisa membuka dan membaca. Persoalan kualitas, itu masalah personal. Yang penting keberanian dalam menimbang dan menilai buku yang telah dibaca dengan menggunakan kacamata sendiri. Tak perlu takut dengan rambu-rambu “layak baca dan sesuai selera” yang dianut media massa konvensional. Kendati penilaian akhir tetap kepada pembaca blog, tetap tidak akan memasung kreativitas blogger buku ini.

Tak sekadar meresensi buku, para blogger ini juga menjadi komunitas sendiri yang disatukan oleh “kebiasaan” meresensi buku yang dibaca. Di dunia maya mereka bersua. Dan itu berlanjut dalam hubungan yang intens di dunia sebenarnya. Kubugil (kutu buku gila) salah satunya.

Komunitas yang mengaku bergerak diam-diam selama setahun ini, akhirnya unjuk gigi. Sabtu 17 Mei 2008 lalu, bekerjasama dengan Indonesia Buku dan penyelenggPasang-aksiara Festival Mei Veteran, mereka menggelar perhelatan Temu Blogger Buku se-Indonesia dengan tajuk “Menjadi Kutubuku Itu Keren” yang dihelat di Mata Hari Domus Bataviasche Nouvelles Cafe, Jalan Veteran I/30-33 Jakarta Pusat.

Karena acara serupa ini termasuk langka, dan mungkin hanya sesekali dilaksanakan seumur hidup, saya memaksakan diri untuk mengikutinya. Kendati demi itu, tentu butuh pengorbanan uang (mengingat mahalnya harga tiket pesawat) dan waktu (di tengah bejibunnya tugas kantor yang sebenarnya tak boleh saya tinggalkan).

Benar saja, para kutu buku ini memang keren-keren. Antusiasme mereka memang tinggi untuk mengikuti acara yang menghadirkan pembicara seperti Taufik Rahzen (budayawan dan kolektor buku), Hetih Rusli (editor Gramedia Pustaka Utama), dan Hernadi Tanzil (moderator milis resensibuku dan pasarbuku). Cafe Mata Hari Domus yang penuh dengan berbagai display-display cover surat kabar tempo doeloe hingga terkini, membikin nuansa acara benar-benar hidup dan sesuai dengan selera peserta yang hobi membaca. Sayangnya, kapasitas tempat duduk yang memang minim, memaksa audiens harus rela berdiri mendengarkan cerita, pengalaman, petuah dan kritikan serta sharing ilmu yang dipaparkan pembicara.

TercenungHernadi Tanzil yang akrab disapa anak-anak Kubugil dengan panggilan Rahib, memberi ingat tentang pentingnya komitmen untuk bisa menulis resensi di blog secara rutin dan kontinyu. Keseriusan itu perlu, karena inilah bentuk tanggung jawab moral kepada para pengunjung dan pembaca blog kita. (Saya merasa tersindir, he3x).

Keseriusan mengelola blog itu memang perlu, karena dengan begitu, seperti kata Endah “Yia-yia”, penerbit buku akan senang hati meminta blogger untuk merensikan buku yang diterbitkannya. Dan ini memang terbukti, saya sendiri sudah berkali-kali mendapat “titipan” buntelan buku dari perorangan dan penerbit untuk diresensi.

Dan dari meresensi, seperti dikemukakan Taufik Rahzen, blogger buku merupakan sarana demokratisasi pemaknaan sebuah buku. Kesimpulannya –versi saya–, penilaian terhadap sebuah buku menjadi lebih berwarna, karena keberagaman blogger buku dalam meresensi. Hetih Rusli pun mengakui adanya pengaruh terhadap pasar buku seiring dengan maraknya blog-blog buku beberapa tahun terakhir ini.

Bahkan, jujur saja, tak jarang resensi yang ditulis para blogger ini jauh lebih berkualitas dari resensi yang ada di media massa. Maka jangan heran, beberapa blogger berhasil “menembus” ketatnya penyaringan resensi yang masuk ke redaksi. Dan untuk yang satu ini, saya belum pernah (tepatnya; jarang) “masuk” ke surat kabar nasional dan lokal, karena ogah mengirimkan resensi yang pasti saja bakal masuk daftar tunggu (kecuali bila saya mau dan ingin memasukkannya sendiri di media tempat saya bekerja, he3x).

Terlepas dari bahasan yang dibincangkan dalam acara ini, sebuah nilai yang bisa saya petik dari pertemuan ini adalah kutu buku memang keren! Itu saja…. (max)

Nb: Foto2 bisa dilihat di http://maryulismax.multiply.com.

“Pesta Nafsu” di Pesta Buku

Buku-2dayahSUNGGUH saya tak mengira kalau kegilaan saya terhadap buku semakin akut. Syukur kalau kegilaan itu diiringi dengan kecukupan waktu untuk membacanya. Yang terjadi saya justru lebih banyak menumpuknya karena minimnya luang waktu yang tersisa dari 24 jam yang tersita.

Entah nafsu atau bagaimana, selalu saja saya berhasrat menambah tumpukan buku itu. Akibatnya buku yang tertumpuk, semakin menumpuk dan semakin bertambahlah dosa saya karena menambah utang baca yang entah kapan akan bisa melunasinya.

Dan lumuran utang itu semakin bertambah. Bahkan sangat dahsyat jumlahnya. Itu semua gara-gara Pesta Buku Minangkabau yang digelar pada 26 April-4 Mei lalu. Berbeda dengan iven serupa, kali ini di acara yang digelar di Gedung Bagindo Aziz Chan tersebut, ada stand Yusuf Ridho Agency yang mengobral buku. Obralnya pun bukan sekadar obral yang biasanya hanya ngasih discount 10-20%. Tapi benar-benar obral yang bikin libido melonjak untuk memborong buku-buku yang mereka tumpuk.

Tumpukan buku seharga 5 ribu, 10 ribu, 15 ribu, 20 ribu dan 30 ribu, jelas membuat jakun-jakun naik turun. Emang tidak semua buku yang dijual bagus, tapi sebagian besar fisiknya masih bagus dan malah masih terbungkus plastik. Maka jadilah saya ketika itu mengobrak-abrik tumpukan buku Rp 5 ribuan yang diserakkan begitu saja di atas lantai guna mencari buku yang sesuai dengan selera saya.

Buku-ayah1Hasilnya, tak cukup sehari bagi saya untuk mendapatkan buku yang layak saya baca (lebih tepatnya, layak untuk saya tumpuk di lemari ruang tamu, menunggu untuk disentuh dan dibaca bila tiba waktunya). Ada 3 kali saya datang ke acara itu, dan tak terasa saja saku-saku sudah dikuras dibuatnya. Ada sekitar 40–an buku seharga Rp 5.000 yang berhasil saya sortir, ……. seharga Rp 10.000 dan lainnya. (lihat daftar buku). Yang hebatnya, buku “Digital Fortress” karya Dan Brown yang terbilang baru dan bersampul plastik pula, hanya dihargai Rp 30 ribu.

Selain buku obral, saya juga membeli buku Khadijah dan Aisyah untuk dibaca istri (dan tentu saja akan saya baca kalau kesempatan itu ada). Buku ini dijual di stand resmi Pena Pundi Aksara yang memberi discount sekian persen dari harga normalnya. Di luar itu, juga membelikan buku untuk anakku di stand Gramedia dan Mizan yang secara matematis jauh lebih mahal dari buku obralan yang saya beli. Tak apa-apa yang penting nafsu lepas untuk memenuhi hasrat menambah koleksi bacaan yang sebenarnya tak seberapa jumlahnya. Dan sekali lagi, mohon maklumi kegilaan saya terhadap buku di tengah sempitnya luang waktu. (max)

Daftar Buku yang Dibeli:

AfafJudul Buku: Afaf Sang Bidadari Kampus
Pengarang: Ummu Hassan Hulwi
Penerbit: Mikraj, Yogyakarta
Cetakan: I, April 2005
Ukuran: 12 x 18 cm, 119 halaman
Harga: Rp 5.000

Sarapan-pagi-penuh-dustaJudul Buku: Sarapan Pagi Penuh Dusta
Pengarang: Puthut EA
Penerbit: Labuh, Yogyakarta
Cetakan: I, Januari 2004
Ukuran: 14 x 20 cm, vii + 149 halaman
Harga: Rp 5.000

Jejak-jejak-waktuJudul Buku: Jejak-jejak Waktu
Pengarang: Imam Wahyudi
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: I, November 2002
Ukuran: 12 x 19 cm, 131 halaman
Harga: Rp 5.000

Topeng-malaikatJudul Buku: Topeng Malaikat
Pengarang: Budi Sardjono
Penerbit: Labuh, Yogyakarta
Cetakan: I, 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 216 halaman
Harga: Rp 5.000

Liem-hwaJudul Buku: Liem Hwa
Pengarang: Satmoko Budi Santoso
Penerbit: Gitanagari, Yogyakarta
Cetakan: I,  2005
Ukuran: 12 x 18 cm, vii + 138 halaman
Harga: Rp 5.000

Lalat2-dan-burung2-bangkaiJudul Buku: Lalat-lalat dan Burung-burung Bangkai
Pengarang: N Marewo
Penerbit: Jendela, Yogyakarta
Cetakan: I, Desember 2004
Ukuran: 12 x 19 cm, xvii + 166 halaman
Harga: Rp 5.000

Jangan-membunuh-di-hari-sabJudul Buku: Jangan Membunuh di Hari Sabtu
Pengarang: Satmoko Budi Santoso
Penerbit: Jendela, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2003
Ukuran: 12 x 18 cm, xii + 164 halaman
Harga: Rp 5.000

Pejuang-asmaraJudul Buku: Pejuang Asmara
Pengarang: Martha Dani Hestianawati
Penerbit: Mikraj, Yogyakarta
Cetakan: I, April 2005
Ukuran: 11,5 x 18 cm, 128 halaman
Harga: Rp 5.000

Bedil-perburuanJudul Buku: Bedil Perburuan
Pengarang: Yasushi Inoue
Penerjemah: Wahyuni Mukid
Penerbit: Alenia, Yogyakarta
Cetakan: I, April 2005
Ukuran: 12 x 18 cm, 104 halaman
Harga: Rp 5.000

Bangkok-love-storyJudul Buku: Bangkok Love Story
Pengarang: Gola Gong
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: I, 1996
Ukuran: 11 x 18 cm, 128 halaman
Harga: Rp 5.000

Satu-hati-dua-bodyJudul Buku: Satu Hati Dua Body
Pengarang: Ganjar Triadi Budi Kusuma SPd
Penerbit: Sahabat Setia, Yogyakarta
Cetakan: I, Januari 2007
Ukuran: 11,5 x 18,5 cm, 164 halaman
Harga: Rp 5.000

Menyalakan-matahariJudul Buku: Menyalakan Matahari
Pengarang: Roidah
Penerbit: Labuh, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 200 halaman
Harga: Rp 5.000

RomansaJudul Buku: Romansa
Pengarang: Hamdani MW
Penerbit: Labuh, Yogyakarta
Cetakan: I, Juni 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 224 halaman
Harga: Rp 5.000

Rumah-mayaJudul Buku: Rumah Maya
Pengarang: Tan Swat San
Penerbit: Castle Books, Yogyakarta
Cetakan: I, 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 290 halaman
Harga: Rp 5.000

Surat-pamungkasJudul Buku: Surat Pamungkas
Pengarang: Nadjib Kartapati Z
Penerbit: Progres, Jakarta
Cetakan: I,  2005
Ukuran: 14 x 21 cm, 157 halaman
Harga: Rp 5.000

Jurnal-cerpen-indonesiaJudul Buku: Jurnal Cerpen Indonesia Nomor 2 – 2002
Pengarang: S Yoga dkk
Penerbit: Yayasan Cerita Pendek Indonesia
Cetakan: I, 2002
Ukuran: 15 x 21 cm, 148 halaman
Harga: Rp 5.000

Bara-di-padang-gersangJudul Buku: Bara di Padang Gersang
Pengarang: Ali Ahmad Baktsir
Penerjemah: Hidayah
Penerbit: Navila, Yogyakarta
Cetakan: I, 2006
Ukuran: 12 x 19 cm, xxii + 150 halaman
Harga: Rp 5.000

Pengakuan-pelacur-jogjaJudul Buku: Pengakuan Pelacur Jogja
Pengarang: Wahyudin
Penerbit: Tride, Yogyakarta
Cetakan: I, September 2003
Ukuran: 11 x 18 cm, 188 halaman
Harga: Rp 5.000

Tumbal-perawan-jenggalaJudul Buku: Tumbal Perawan Jenggala
Pengarang: Liga Alam M
Penerbit: Ratu Aksara Tumapel, Yogyakarta
Cetakan: I, Agustux 2005
Ukuran: 12 x 18 cm, xvi + 57 halaman
Harga: Rp 5.000

Mama-aku-telah-ternodaJudul Buku: Mama… Aku Telah Ternoda
Pengarang: JB Dasuri
Penerbit: Sahabat Setia, Yogyakarta
Cetakan: I, November 2004
Ukuran: 12 x 19 cm, 104 halaman
Harga: Rp 5.000

Lembaran-putih-sang-kekasihJudul Buku: Lembaran Putih Sang Kekasih
Pengarang: Achmad Mufid AR
Penerbit: Alief Press, Yogyakarta
Cetakan: I, September 2004
Ukuran: 11 x 18 cm, 116 halaman
Harga: Rp 5.000

AyahJudul Buku: Ayah
Pengarang: Edi AH Iyubenu
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: I, September 2002
Ukuran: 11 x 17 cm, 134 halaman
Harga: Rp 5.000

Kisah-abrukuwahJudul Buku: Kisah Abrukuwah
Pengarang: Sori Siregar
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: I, September 2003
Ukuran: 11 x 18 cm, 138 halaman
Harga: Rp 5.000

Episode-surat-kejantananJudul Buku: Episode Surat Kejantanan
Pengarang: Wina Bojonegoro
Penerbit: Logung Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: I, Juni 2005
Ukuran: 13 x 20 cm, xxv + 119 halaman
Harga: Rp 5.000

Aku-seorang-pelacurJudul Buku: Aku Seorang Pelacur
Pengarang: AD Donggo
Penerbit: Ombak, Yogyakarta
Cetakan: I, Februari 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, iv + 124 halaman
Harga: Rp 5.000

Bukan-kematianJudul Buku: Bukan Kematian
Pengarang: Putu Oka Sukanta
Penerbit: Ombak, Yogyakarta
Cetakan: I, Maret 2006
Ukuran: 11,5 x 17 cm, viii + 127 halaman
Harga: Rp 5.000

Kabut-dan-mimpiJudul Buku: Kabut dan Mimpi
Pengarang: Budi Sardjono
Penerbit: Labuh, Yogyakarta
Cetakan: I, 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 190 halaman
Harga: Rp 5.000

Rembulan-putihJudul Buku: Rembulan Putih
Pengarang: Budi Sardjono
Penerbit: Labuh, Yogyakarta
Cetakan: I, 2005
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 428 halaman
Harga: Rp 10.000

Harapan-yang-terkoyakJudul Buku: Harapan yang Terkoyak
Pengarang: Utami Dewi dkk
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: I, September 2002
Ukuran: 11,5 x 17,5 cm, 130 halaman
Harga: Rp 5.000

Kisah-kisah-tak-berjudulJudul Buku: Kisah-kisah tak Berjudul
Pengarang: Rajul Wachid
Penerbit: Lidi Utama, Yogyakarta
Cetakan: I, Februari 2005
Ukuran: 12 x 18 cm, 188 halaman
Harga: Rp 5.000

The-silence-soulJudul Buku: The Silence Soul
Pengarang: Veronica
Penerbit: Castle, Yogyakarta
Cetakan: I, April 2005
Ukuran: 11,5 x 18 cm, 112 halaman
Harga: Rp 5.000

Perempuan-cintaJudul Buku: Perempuan Cinta
Pengarang: Kartika
Penerbit: Akrilik, Yogyakarta
Cetakan: I, Agustus 2005
Ukuran: 11 x 18 cm, viii + 126 halaman
Harga: Rp 5.000

Kuasa-cintaJudul Buku: Kuasa Cinta
Pengarang: Kahlil Gibran
Penerjemah: Reni
Penerbit: Diwan, Bandung
Cetakan: —
Ukuran: 12 x 19 cm, 153 halaman
Harga: Rp 5.000

Wiro-pentungJudul Buku: Wiro Pentung
Pengarang: Hadjid Hamzah
Penerbit: Logung Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: I, Juli 2004
Ukuran: 13 x 20 cm, xxii + 158 halaman
Harga: Rp 5.000

Bukan-pinang-dibelah-duaJudul Buku: Bukan Pinang Dibelah Dua
Pengarang: Ratna Indraswari Ibrahim
Penerbit: Grasindo, Jakarta
Cetakan: I, 2003
Ukuran: 14 x 20 cm, 90 halaman
Harga: Rp 5.000

Angin-kering-gunung-kidulJudul Buku: Angin Kering Gunungkidul
Pengarang: Agnes Yani Sardjono
Penerbit: Gitanagari, Yogyakarta
Cetakan: I, 2005
Ukuran: 13 x 20 cm, viii + 192 halaman
Harga: Rp 5.000

Senja-di-candi-dasaJudul Buku: Senja di Candidasa
Pengarang: Aryantha Soethama
Penerbit: Gitanagari, Yogyakarta
Cetakan: I, September 2002
Ukuran: 13 x 20 cm, viii + 226 halaman
Harga: Rp 5.000

Rumah-tuhan-di-kampung-setaJudul Buku: Rumah Tuhan di Kampung Setan
Pengarang: R Aria Somantri
Penerbit: Adiputra, Jakarta
Cetakan: I, April 2006
Ukuran: 12 x 18 cm, 238 halaman
Harga: Rp 5.000

Boeron-dari-digoelJudul Buku: Boeron dari Digoel
Pengarang: Wiranta
Penerbit: Tamboer Press, Magelang
Cetakan: I, Juli 2000
Ukuran: 12,5 x 20 cm, viii + 91 halaman
Harga: Rp 5.000

Dendang-penariJudul Buku: Dendang Penari
Pengarang: Sutirman Eka Ardhana
Penerbit: Gitanagari, Yogyakarta
Cetakan: I, April 2003
Ukuran: 13 x 20 cm, x + 156 halaman
Harga: Rp 5.000

Abunawas-kena-tipuJudul Buku: Abu Nawas Kena Tipu
Pengarang: Jauza Al Thaf
Penerbit: Balqist, Yogyakarta
Cetakan: I, September 2005
Ukuran: 14 x 20 cm, 148 halaman
Harga: Rp 10.000

Lorong-tersembunyiJudul Buku: Lorong Tersembunyi
Pengarang: Reshad Feild
Penerjemah: S Levi Soeroto
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan: I, November 2005
Ukuran: 13 x 20 cm, 276 halaman
Harga: Rp 10.000

Bibir-merahJudul Buku: Bibir Merah
Pengarang: Achmad Munif
Penerbit: Navila, Yogyakarta
Cetakan: I, Agustus 2004
Ukuran: 13 x 20 cm, viii + 232 halaman
Harga: Rp 10.000

Jagadnya-gus-durJudul Buku: Jagadnya Gus Dur
Pengarang: Zainal Arifin Thoha
Penerbit: Kutub, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2003
Ukuran: 14 x 20 cm, 336 halaman
Harga: Rp 10.000

Rifaat-sang-penebusJudul Buku: Rifa’at Sang Penebus
Pengarang: Najib Mahfuzh
Penerjemah: Drs Joko Suryatno
Penerbit: Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta
Cetakan: I, April 2001
Ukuran: 13 x 20 cm, x + 201 halaman
Harga: Rp 10.000

Acuh-tak-acuhJudul Buku: Acuh tak Acuh
Pengarang: Korrie Layun Rampan
Penerbit: Jendela, Yogyakarta
Cetakan: I, Februari 2003
Ukuran: 12,5 x 20 cm, xiv + 162 halaman
Harga: Rp 10.000

Podium-detikJudul Buku: Podium Detik
Pengarang: AS Laksana
Penerbit: Sipress, Yogyakarta
Cetakan: I, 1995
Ukuran: 13 x 19 cm, 275 halaman
Harga: Rp 10.000

Panembahan-senopatiJudul Buku: Panembahan Senopati
Pengarang: Dr Purwadi MHum
Penerbit: Tugu, Yogyakarta
Cetakan: I, Juli 2006
Ukuran: 13 x 19 cm, 332 halaman
Harga: Rp 10.000

Di-bawah-bayang-bayang-peraJudul Buku: Di Bawah Bayang-bayang Perang
Pengarang: Naguib Mahfoudz
Penerbit: Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta
Penerjemah: Surgana F’aN
Cetakan: I, Oktober 2000
Ukuran: 13 x 20 cm, vi + 234 halaman
Harga: Rp 10.000

Send-me-down-a-miracleJudul Buku: Send Me Down A Miracle
Pengarang: Han Nolan
Penerjemah: Yulyana
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan: I, Juni 2006
Ukuran: 13 x 20,5 cm, 278 halaman
Harga: Rp 15.000

Cantik-itu-lukaJudul Buku: Cantik itu Luka
Pengarang: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: II, November 2006
Ukuran: 14 x 21 cm, 539 halaman
Harga: Rp 30.000

Digital-FortressJudul Buku: Digital Fortress
Pengarang: Dan Brown
Penerjemah: Ferry Halim
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan: VI, Juli 2006
Ukuran: 15 x 23,5 cm, 567 halaman
Harga: Rp 30.000

KhadijahJudul Buku: Khadijah The True Love Story of Muhammad
Pengarang: Abdul Mun’im Muhammad
Penerjemah: Ghozi M
Penerbit: Pena Pundi Aksara, Jakarta
Cetakan: V, Agustus 2007
Ukuran: 16 x 25 cm, 363 halaman
Harga: Rp 46.000

AisyahJudul Buku: Aisyah The True Beauty
Pengarang: Sulaiman An Nadawi
Penerjemah: Ghozi M
Penerbit: Pena Pundi Aksara, Jakarta
Cetakan: II, Desember 2007
Ukuran: 16 x 25 cm, 468 halaman
Harga: Rp 41.000

Buku Akoer

AkoerHATI saya sedang senang. Bawaannya senyum melulu. Itu lantaran di luar dugaan sebuah email mengejutkan saya pada sebuah malam. Pengirimnya seorang wanita. Rini Anastasia, begitu dia punya nama.

Di email tertanggal 18 Februari itu, saya asli surprise dibikinnya. Isinya sebuah tawaran, tepatnya sebuah kejutan. Mbak yang cantik dan baik hati ini berkeinginan mengirimkan kepada saya buku-buku terbitan PT Andal Krida Nusantara (AKOER). Pucuk dicinta ulam pun tiba, terang saja saya mau dan tak ragu mengatakan iya. Mana pernah ada do’a menolak rezeki  dikasih tunjuk junjungan saya, Muhammad SAW kepada umatnya.

Maka saya reply-lah email tersebut malam itu juga, seraya mengucapkan terima kasih dan memberi alamat pengiriman bukunya. Tak lama berselang, Kamis malam (21/2) saya mendapat SMS seorang rekan kerja yang menyebutkan ada paket buat saya. Lantaran saya baru saja sampai di rumah karena seharian lelah bekerja, SMS itu tidak terbaca. Pagi hari tadi (22/2), baru saya membaca pesan singkat itu. Langsung saja saya bergegas ke kantor yang biasanya saya sedikit ogah-ogahan berangkat kerja karena masih mengantuk akibat membaca buku hingga larut malam. Kali ini saya semangat sesemangatnya.

Setiba di kantor, paket itu saya terima dari Satpam. Langsung saya buka, alhamdulillah ada setumpuk buku di dalamnya.

Ini dia bukunya:
Lumpur-similiar1. Judul: Lumpur Similiar; Misteri Perangkap Cinta
Pengarang: Alfian Malik
Cetakan:  I, Desember 2007
Ukuran: 13,5 x 21 cm, 248 halaman

 

 

 

 

 

 

Kenangan-abu22. Judul: Kenangan Abu-abu; Ketika Cinta Tak Lagi Bisa Memilih
Pengarang: Winna Effendi
Cetakan: I, Januari 2008
Ukuran: 13,5 x 21 cm, 185 halaman

 

 

 

 

 

 

Narkobar-the-motivator3. Judul: Nar’ Kobar The Motivator
Pengarang: Andhika Pramajaya
Cetakan: I, Januari 2006
Ukuran: 13,5 x 20,5 cm, xv + 601 halaman

 

 

 

 

 

 

Kembar-keempat4. Judul: Kembar Keempat
Pengarang: Sekar Ayu Asmara
Cetakan: I, April 2005
Ukuran: 13,5 x 20,5 cm, 225 halaman

 

 

 

 

 

 

Big-size5. Judul: Big Size; Sebuah Novel tentang Keperkasaan Lelaki
Pengarang: Wibi AR
Cetakan: I, Mei 2007
Ukuran: 13,5 x 21 cm, xv + 166 halaman

 

 

 

 

 

 

Saraswati6. Judul: Saraswati
Pengarang: Kanti W Janis
Cetakan: I, September 2006
Ukuran: 13,5 x 21 cm, 175 halaman

 

 

 

 

 

 

 

Harga-sebuah-hati7. Judul: Harga Sebuah Hati
Pengarang: Gola Gong dkk
Cetakan: I, Mei 2006
Ukuran: 11 x 18,5 cm, 142 halaman

 

 

 

 

 

 

 

Selasar-kenangan8. Judul: Selasar Kenangan
Penyunting: Eko Sugiarto
Penyelia: Akmal Nasery Basral
Cetakan: I, Juni 2006
Ukuran: 11 x 18,5 cm, xx + 95 halaman

 

 

 

 

 

 

Mahasati9. Judul: Mahasati
Pengarang: Qaris Tajudin
Cetakan: I, Mei 2007
Ukuran: 13,5 x 20,5 cm, 396 halaman

 

 

 

 

 

 

Nagabonar-jadi210. Judul: Nagabonar Jadi 2
Pengarang: Akmal Nasery Basral
Cetakan: IV, Juni 2007
Ukuran: 13,5 x 21,5 cm, 244 halaman

 

 

 

 

 

 

 

Biang-penasaran11. Judul: Biang Penasaran; Sebuah Rahasia Kehidupan
Pengarang: Kafi Kurnia
Cetakan: I, September 2007
Ukuran: 14 x 22 cm, xv + 308 halaman

 

 

 

 

 

 

Banyak benar. Tapi semakin memotivasi saya untuk membaca setiap saat, yang biasanya hanya setiap ada sempat.

Kepada Mbak Rini dan Penerbit AKOER saya ucapkan ribuan terima kasih atas kejutannya. Dan tunggu saja, sebagai apresiasi saya akan segera membikin resensi satu per satu buku itu. Insya Allah. (max)

Padang Book Fair III

BookfairHabiburrahman dan ES Ito akan Unjuk Wajah

DAHAGA pecinta buku di Kota Padang untuk menyaksikan pameran buku terbesar di kota ini bakal segera terpuaskan. Menyusul akan dihelatnya Padang Book Fair III pada 10-18 November 2007 mendatang di Gedung Bagindo Aziz Chan.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari ajang rutin tahunan ini, selain bakal adanya diskon besar-besaran yang diberi penerbit buku yang ikut berpameran di sana. Cuma saja, kalau memang ada diskon –yang kata panitia bisa mencapai 60%–, belum tentu buku yang kita cari tersedia di sana. Kalau ketemu; untung, kalau nggak; silahkan gigit jari. He3x

Namun di balik itu, untuk ajang tahun ini ada hal istimewa yang bakal dinikmati para penggila buku di sini. Apa itu? Bakal hadirnya dua penulis yang tengah naik daun di jagad perbukuan Indonesia. Yaitu Habiburrahman El Shirazy dan ES Ito.

Kang Abik –panggilan Habiburrahman– akan “jumpa fans” dengan para penggemarnya pada Kamis, 15 November. Kehadiran penulis buku best seller Di Atas Sajadah Cinta“, “Pudarnya Pesona Cleopatra”, “Ayat-ayat Cinta”, “Ketika Cinta Berbuah Surga”, “Ketika Cinta Bertasbih”, “Ketika Derita Mengabadikan Cinta” itu, tentu saja momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh para fans fanatik Kang Abik yang umumnya adalah para akhwat dan ikhwan. Tapi bukan berarti pembaca konvensional bakal melewatkan kesempatan baik ini.

Usai Kang Abik tampil, giliran ES Ito yang “unjuk gigi”. Buku terbarunya “Rahasia Meede” bakal didiskusikan oleh para penggila buku khususnya yang doyan buku bergenre misteri berbalut sejarah. Akan tampilnya penulis muda kelahiran Kamang Magek yang kini tengah menjadi perbincangan di kalangan pecinta buku itu, menjadi kesempatan emas buat para penggemarnya untuk menyibak tabir siapa gerangan Ito. Pasalnya Ito selama ini memang mengondisikan diri menjadi misteri dengan “gaya”nya yang terkesan menyembunyikan identitas diri di setiap karyanya. Baik di “Rahasia Meede” maupun di buku pertamanya “Negara Kelima“, dia cuma menerakan identitas yang cukup padat, singkat dan mengundang tanya.

ES. ITO lahir pada seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya adalah seorang petani, bapaknya adalah seorang pedagang.” Hanya itu profil yang bisa disimak di bagian belakang setiap bukunya. Penasaran kan?

Di luar acara itu, panitia sebagaimana dikatakan Yusrizal KW yang didaulat sebagai sekretaris Padang Book Fair III, juga menggelar berbagai kegiatan selain tentunya “pamer-pamer” buku. Di antaranya juga bakal dikupasnya buku best seller “Khadijah, The True Love Story of Muhammad SAW” yang ditulis Abdul Mun’im Muhammad pada hari Jumat, 16 November. Belum didapat info, apakah si penulis akan hadir atau tidak.

Acara lainnya adalah berbagai lomba seperti lomba celoteh anak, lomba presenter menuju Detak Sumbar oleh Padang TV, lomba baca puisi, lomba dongeng guru TK, lomba mewarnai antartaman kanak-kanak (TK), serta lomba ceramah soal membaca dan buku,” ujar Cerpenis yang telah menerbitkan kumpulan Cerpen “Hasrat Membunuh” dan “Kembali ke Pangkal Jalan” tersebut.

Tak mau “ketinggalan kereta”? Tunggu saja tanggal mainnya yang bakal ditabuh pada Sabtu mendatang oleh Gubernur Sumbar H Gamawan Fauzi SH MM. (max)

Jumpa ES Ito

s ito

Misteri Penulis Misteri

ES. ITO lahir pada seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya adalah seorang petani, bapaknya adalah seorang pedagang.”

Hanya itu sekilas informasi yang tertera di novel “Negara Kelima” dan di novelnya yang terbaru “Rahasia Meede”. Misterius sekali, sama dengan setting misteri yang mewarnai karya tulisnya itu.

Kemisteriusan siapa gerangan pengarang ini, nyaris terkuak ketika saya mendapatkan link ke blognya. Harapan saya bakal ada tertulis detail lengkap mengenai dia di profil blognya itu. Tapi sama saja, dia tetap menerakan kata-kata di atas, singkat, padat, dan mengundang tanya.

Kendati tidak mendapat jawab atas tanya yang terus menggelayut soal identitas penulis novel genre sejarah yang menakjubkan itu, saya terus terang merasa bangga atas kemunculannya, terutama karya pertamanya “Negara Kelima” terbitan PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta pada Oktober 2005. Buku itu baru saya baca pada awal September 2007, setelah membelinya di Toko Buku Togamas, Yogyakarta pada akhir Juli lalu. “Perkenalan” saya atas karyanya itu, berkat provokasi rekan saya, yang menyebutkan buku “Negara Kelima” ini sangat bagus karena berkait erat dengan Minangkabau.

Saking tertariknya dengan jalan cerita “Negara Kelima”, saya yang biasanya butuh waktu berminggu-minggu untuk menuntaskan membaca buku yang tebalnya bisa sebagai pengganti batal, kali ini hanya butuh waktu 4 hari untuk menamatkan buku setebal 518 halaman tersebut. Dan dalam waktu singkat, saya lantas membikin resensinya yang telah saya muat di blog ini.

Kebanggaan saya semakin bertambah, ketika mendapat informasi dari teman saya bahwa ES Ito ini adalah orang Minang. Pantas saja dia dengan fasih menceritakan tentang tambo Minang di buku “Negera Kelima”. Maka atensi dan apresiasi saya buat kehadiran karya dia selanjutnya semakin besar. Dan syukurnya masuk pula informasi terbaru bahwa novel keduanya “Rahasia Meede” bakal terbit di akhir September. Saya menunggu kehadiran buku itu dengan pesimis, karena untuk Kota Padang, kedatangan buku baru biasanya butuh waktu lama. Di saat pembaca-pembaca di daerah lain sudah bisa mendapatkan di awal-awal penerbitan, kami yang di Padang, paling cepat sebulan setelah terbit baru bisa menjumpai bukunya di etalase toko buku besar di kota ini. Sungguh… saya tidak sabar, terlebih setelah saya membaca review buku ini di blog ES Ito.

Senin siang (22/10), entah “malaikat” apa yang menggerakkan hati saya untuk main ke TB Gramedia Padang. Tujuan awalnya hanya buat nyari cutter baru yang akan saya pakai buat merapikan sampul plastik yang akan saya sampulkan ke beberapa buku baru yang saya terima dari seorang teman. Tapi, begitu kaki saya langkahkan ke lantai III toko buku itu, padangan saya mentok ke sebuah buku tebal yang covernya cukup menarik. “Rahasia Meede”, langsung saya comot dan bawa pulang bersama 2 buku lainnya.

Dari Gramedia, saya langsung meluncur ke kantor. Belum lagi sepeda motor saya parkirkan dengan baik, datang panggilan dari Yusrizal KW yang tengah ngopi di kantin kantor. Begitu berada di depannya, “Max, perkenalkan ini ES Ito.” Sungguh saya terkejut dengan kejadian yang serba kebetulan itu. Ya sudah, saya sorongkan saja buku yang baru saya beli untuk ditandatangani si empu karya.

ItoMelalui percakapan yang ngalor-ngidul ke sana kemari, sedikit demi sedikit, terkuaklah siapa ES Ito. Keingintahuan saya terjawab sudah.

Pria yang kini sedang menekuni kuliah di FE UI itu mengakui dirinya adalah putra Minang tulen, kelahiran Magek, Kabupaten Agam yang tak begitu jauh dari Kota Bukiktinggi. Ketika ditanyakan mengapa dia hanya menerakan identitas “ES. ITO lahir pada seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya adalah seorang petani, bapaknya adalah seorang pedagang“, lelaki itu hanya tersenyum simpul. Pun tidak ada niat untuknya menjelaskan lebih jauh, karena arah pembicaraan sudah beralih pula pada pola kepenulisannya.

Alumni SMA Taruna Nusantara ini menyebutkan, butuh waktu 2 tahun untuk menyelesaikan karyanya. Dia harus mengejar berbagai referensi yang begitu bejibun guna mendukung karyanya, termasuk melakukan wawancara dengan ahli-ahli sejarah. Untuk dokumen-dokumen penting berbahasa Belanda, dia terpaksa memanfaatkan jasa alih bahasa dari teman-temannya sendiri, karena dirinya hanya menguasai bahasa Inggris. Dia pun harus browsing sana-sini untuk melengkapi data yang dibutuhkannya.

Tatkala saya tanyakan kenapa dia suka benar menulis buku yang begitu tebal, ES Ito menjawabnya secara berfilosofi. “Penulis buku itu ibarat petinju. Petinju yang menang TKO adalah penyair (penulis puisi), petinju yang menang KO adalah Cerpenis, dan petinju yang menang angka adalah novelis. Dan saya adalah petinju yang menang angka,” ujarnya.

Untuk buku “Negara Kelima” yang dicetak 2.500 eksemplar, kata ES Ito, bakal dicetak ulang untuk kedua kalinya. Namun itu menunggu geliat buku “Rahasia Meede” yang dicetak 3.000 eksemplar. Bila permintaan tinggi, dalam waktu dekat buku itu akan dicetak ulang. Sementara untuk karya ketiganya, pria yang mudik lebaran ke Ranah Minang dengan sepeda motor ini mengaku tidak ingin terburu-buru. Paling cepat 2008 mendatang, dia baru akan mulai menulis. Tentang apa, Ito merahasiakannya.

Sementara untuk namanya yang termasuk aneh untuk ukuran orang Minang, ES Ito mengakuinya. Kata dia ES itu adalah singkatan nama dia sebenarnya (yang dimintanya untuk tidak dituliskan). Sedangkan Ito adalah panggilan kesayangannya ketika kecil. Ito dalam bahasa Medan berarti adik. Dia dibesarkan di Magek hingga SMP dan meneruskan SMA-nya di SMA Taruna Nusantara. Namun Ito mengaku tidak berminat untuk meneruskan studinya di AKABRI sebagaimana layaknya siswa-siswa taruna lainnya. Alasannya, “Saya tipikal pembangkang. Tak mau nanti asal nembak orang!” (maryulis max)